the murder in the orient express

Februari 01, 2018 Reski Amalia Nurpratiwi 0 Comments

0 komentar:

Lady Bird

Januari 10, 2018 Reski Amalia Nurpratiwi 0 Comments


0 komentar:

Call me by your name

Januari 09, 2018 Reski Amalia Nurpratiwi 0 Comments


0 komentar:

I, Tonya

Januari 09, 2018 Reski Amalia Nurpratiwi 0 Comments


0 komentar:

Justice league

Januari 09, 2018 Reski Amalia Nurpratiwi 0 Comments


0 komentar:

Spider-man : homecoming

Januari 09, 2018 Reski Amalia Nurpratiwi 0 Comments


0 komentar:

Kingsman : The golden circle

Januari 09, 2018 Reski Amalia Nurpratiwi 0 Comments


0 komentar:

Coco

Januari 09, 2018 Reski Amalia Nurpratiwi 0 Comments


0 komentar:

Blade Runner : 2049

Januari 09, 2018 Reski Amalia Nurpratiwi 0 Comments


0 komentar:

American Made

Januari 09, 2018 Reski Amalia Nurpratiwi 0 Comments

0 komentar:

Intro dulu

Januari 09, 2018 Reski Amalia Nurpratiwi 0 Comments

Gue punya standar sendiri untuk menyebut sebuah film adalah film yang bagus atau keren dan standar ini kadang engga selalu sama kaya standar pinyanya kritikus kritikus film profesional, buktinya banyak kok film yg menurut para kritikus film, adalah film yang bagus tapij menurut gue film itu biasa aja. Kayaknya wajar ya karna tiap orang punya opini masing masing walaupun engga bisa dipungkiri bahwa ada standar umum untuk menyebut sebuah film bagus apa engga.

Bicara film,,,,film yang bagus dan keren menurut gue adalah film yang punya “after effect” (bukan software yang gue maksud, ini istilah ngarang sendiri). “after effect“ yang gue maksud adalah film yg sehabis gue nonton bisa ngena, bisa stay in my brain, bisa buka dan ngasi sudut pandang baru di gue.

Misalnya beberpa tahun yang lalu, sehabis nonton the killer dari mo brother, pas keluar bioskop (bahkan sampe sekarang) gue akhirnya beranggapan bahwa bunuh orang dan melenyapkan mayat itu ternyata gampang.

Atau gue yang dulu bayangin betapa kerennya jadi astronot, akhirnya berupah pikiran setelah keringetan sendiri liatin sandra bullock terambang-ambang di luar angkasa di film gravity.

Atau nih ya gue bahkan masih bisa inget betapa tegangnya gue waktu nonton scene kejar kejaran nya di mad max fury road, film ini sampe sekarang masih stay in my brain, walaupun udah bertahun tahun lamanya.

Tapi kalau menilik lebih jauh, asik bahsa gue ; sampe sekarang masih banyak orang debat soal mana film bagus dan engga entah itu di dunia maya, atau debat pas lagi nongkrong bareng teman sejawat dll, ya lucu aja sih liatin mereka sampai bete2an. Emang sih film bagus dan keren ada standar umumnya, tapi toh semua balik lagi ke selera masing2, kan beda kepala beda opini.

Ex: Blade Runner : 2049, film ini gue akuin sinematografinya luar biasa, ciamik, indah, keren, bagus dll dst dsb. Tapi dari segi cerita yang ngegambarin kelam suramnya bumi di tahun 2049 ( yang menurut gue terlalu berlebihan), bikin gue engga begitu terkesan (walaupun kalo baca2 review, pada bilang ceritanya juga bagus sebagus sinematografinya), tapi ya karna dasarya gue kurang suka dark movie, makanya gue ngerasa ceritanya biasa aja.

Jadi ya begitulah, ingat, beda kepala beda opini. Daripada sibuk toyor-toyoran, mending makan bakwan sambil minum kopi


so, film-film yang akan gue review janganlah di jadikan patokan *geer duluan kaya ada yang baca aja*, karna gue punya standar sendiri soal mana film yang bagus mana yang engga. Tapi semoga jika ada orang yang kesasar mampir di blog ini dan ga sengaja kebaca review gue, semoga manusia itu bisa dapet dan tau sudut pandang baru dari review abal-abal ini

0 komentar:

Wonder Woman

Januari 08, 2018 Reski Amalia Nurpratiwi 0 Comments


0 komentar: